Selain terkenal dengan dua candi fenomenalnya, yaitu candi Borobudur dan candi Prambanan, Jawa Tengah juga memiliki karakteristik dan keunikan bangunan adat yang berbeda dari daerah lain. Oleh karenanya, rumah adat Jawa Tengah masuk dalam salah satu objek wisata yang sangat diburu turis untuk hanya sekadar melihat-lihat atau mengkaji sejarahnya.
Di kawasan yang terletak pada bagian tengah Pulau Jawa ini, masing-masing daerah memiliki ciri khasnya yang unik, salah satunya yaitu rumah tradisional.
Namun, saat ini bangunan yang masih ada hanya tersisa sebagian saja dan jumlahnya pun sedikit. Hal ini karena masyarakat banyak yang beralih ke arsitektur modern.
Sejarah Rumah Adat Jawa Tengah
Setelah sebelumnya kita membahas mengenai rumah adat Sulawesi Selatan, rumah adat Sunda, dan rumah adat batak, kini kita akan membahas lebih detail mengenai rumah adat yang berada di Jawa Tengah.
Jawa Tengah ditetapkan sebagai provinsi pada tahun 1905, tepatnya pada zaman kependudukan Belanda di Indonesia. Pada saat itu keberadaan rumah adatnya masih sangat terbatas, karena hanya boleh dibangun oleh kalangan kerajaan dan bangsawan saja.
Alasannya pun cukup masuk akal, yaitu karena bahan pembuatannya yang relatif mahal dan hanya terjangkau oleh orang-orang kaya saja pada saat itu.
Seiring waktu dan perubahan kondisi di Indonesia khususnya di daerah Jawa, rumah tradisional mulai bisa dibangun oleh siapa saja, namun masih tetap menjaga karakter aslinya yaitu bentuknya yang persegi, dengan empat pondasi penyangga utama di bagian tengah atau yang biasa disebut dengan nama saka guru.
Memang seiring berjalannya waktu, modifikasi bangunan terus menerus terjadi. Salah satunya yaitu dengan adanya bangunan pendamping tambahan dari rumah adat utama, namun bentuknya serupa.
Dahulu, rumah khas Jawa Tengah ini berfungsi untuk hunian para bangsawan. Mulai dari tempat melakukan pertemuan, hingga tempat untuk berbagi ilmu.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak juga yang menggunakan bangunan tradisional ini sebagai perkantoran ataupun untuk gedung pertemuan.
Beberapa perantau di luar Jawa yang berasal dari Jawa Tengah, banyak yang mendekorasi rumahnya mirip seperti rumah adat dengan modifikasi kekinian sehingga tidak terkesan kuno.
Jenis-Jenis Rumah Adat Jawa Tengah
Ada lima jenis rumah tradisional khas Jawa Tengah yang masih bisa Anda lihat bila berkunjung ke provinsi yang beribukota di Semarang ini. Sama halnya dengan beragamnya jenis pakaian adat disana yang fashionable, rumah Joglo, Kampung, Limasan, Tajug, dan Panggang Pe juga tak kalah menarik.
Masing-masing memiliki ciri khas, arsitektur, dan karakternya sendiri yang unik, dengan nuansa Jawa yang sangat kental.
Rumah Adat Joglo Jawa Tengah
Jenis rumah tradisional Jawa Tengah yang satu ini adalah yang paling populer dan paling mudah ditemui. Dulunya, memang hanya kalangan tertentu saja yang mampu membangunnya. Bagi masyarakat setempat, bangunan ini menjadi lambang status sosial seseorang.
Semakin luas halaman dan ukuran rumahnya, bisa dipastikan orang tersebut kaya raya. Namun, saat ini siapa saja bisa membangun rumah jenis ini.
Bahan utama yang digunakan untuk membuat bangunan Joglo adalah kayu. Contoh seperti kayu pohon kelapa hingga kayu jati. Untuk atapnya sendiri, pada rumah Joglo dahulu terbuat dari jerami, alang-alang ataupun ijuk. Sedangkan saat ini sudah banyak yang menggunakan genteng dari tanah liat.
Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat gambar bangunan Joglo di atas atau bisa Anda temukan di buku sejarah dan kebudayaan Indonesia.
Rumah adat ini memiliki empat bagian ruangan yang memiliki filosofinya masing-masing:
- Pendapa
Ruangan ini berada di paling dengan dan biasanya digunakan untuk menerima tamu dari pemilik rumah.
- Pringgitan
Letak pringgitan berada di posisi lebih ke dalam lagi dibandingkan pendapa (ruang tengah). Seperti halnya pendapa, ruangan ini juga berfungsi untuk menerima tamu, namun khusus tamu yang lebih dekat dengan keluarga pemilik rumah.
- Omah ndalem atau omah njero
Adalah ruangan untuk tempat keluarga berkumpul dan bercengkrama.
- Senthong
Ruangan ini lokasinya tersebar tersebar di kiri, kanan dan tengah bangunan yang berfungsi sebagai ruang kamar tidur.
- Padepokan
Ruangan yang terakhir yaitu sebagai tempat ibadah dan untuk menenangkan diri bagi pemilik rumah.
Rumah Adat Kampung
Jika Anda berkunjung ke pedesaan yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, pastinya Anda akan mudah menemukan rumah ini. Jenisnya ada 13, namun rumah adat yang sering digunakan adalah Apitan, Lambang Teplok, Pokok, Dara Gepak, dan Pacul Gowang.
Umumnya rumah ini hanya dimiliki oleh masyarakat biasa atau suku pada kelas menengah ke bawah.
Ciri khas dari rumah ini adalah memiliki dua teras yaitu di bagian depan dan belakang rumah. Tiang penyangganya juga berbeda dari rumah lain.
Hal ini karena jumlah tiang yang digunakan yaitu kelipatan empat, dimana tiang paling sedikit berjumlah delapan buah. Bahan yang digunakan untuk membuat tiang-tiang ini biasanya terbuat dari kayu mahoni dan kayu nangka. Jika dilihat dari samping, lebih mirip seperti bentuk segitiga.
Selain dibangun oleh masyarakat Jawa Tengah, rumah ini juga banyak ditemukan di luar daerah Jawa Tengah, seperti Madura dan Bali. Bahkan dahulu, sempat ditemukan adanya rumah Kampung di kawasan Banjarmasin pada tahun 1862, tepatnya di perkampungan China.
Letaknya pun unik, karena mengapung di atas sungai. Saat itu bangunan tersebut dikenal dengan nama Lanting.
Rumah Adat Limasan
Banyak orang mengadopsi arsitektur rumah tradisional dari Jawa Tengah jenis ini sebagai tempat hunian, yang kemudian dikombinasikan dengan gaya modern agar tidak terlihat kuno. Sejatinya rumah jenis ini merupakan milik masyarakat biasa Jawa Tengah. Keunikannya terletak pada atap yang berbentuk limas, sementara bangunannya memiliki bentuk persegi empat.
Seperti halnya tampilan sederhana rumah adat Betawi, rumah tradisional ini juga terlihat sangat sederhana, namun dari segi filosofinya sangat menakjubkan. Hal ini karena banyaknya arti dan makna yang tersirat dari bangunan ini. Salah satunya yaitu tempat perlindungan yang kokoh.
Bahkan dari penelitian ahli dijelaskan bahwasanya rumah jenis ini sangat tahan gempa, karena tiang penyangga di semua sisinya sangat kokoh, terbuat dari kayu dengan ketahanan tinggi.
Terdapat beberapa jenis Limasan yang dipakai sampai saat ini. Beberapa diantaranya yaitu Lambang Sari dengan 16 tiang penyangga serta memiliki kayu penyambung di bagian atapnya.
Lambang Gantung dengan delapan hingga sepuluh tiang peyangga. Gajah Ngombe, yang merupakan jenis Limasan yang pada bagian atapnya ada tambahan di depannya yang berfungsi sebagai emper.
Rumah Adat Tajug
Tidak sembarang rumah bisa memakai arsitektur Tajug. Hal ini disebabkan karena sesuai dengan tradisi Jawa Tengah, rumah ini hanya diperuntukkan untuk ibadah dan tempat sakral lainnya. Saat ini, hanya Masjid dan tempat ibadah lainnya yang berbentuk seperti ini.
Ciri khas dari bangunan ini terletak pada atap yang runcing ke atas, namun tetap mempertahankan bentuk perseginya.
Ada banyak sekali jenis rumah adat ini yang pernah ada dengan filosofi uniknya masing-masing, tapi yang paling sering ditemui adalah jenis Lambang Sari, Semar Tinandu, Semar Sinongsong dan Mangkurat.
Semuanya memiliki arti tertentu yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa, sebab memiliki inti tentang kesucian dan kesakralan.
Beberapa bangunan yang menggunakan desain Tajug diantaranya Masjid Wustho Mangkunegaran yang terdapat di Surakarta, Masjid Agung Demak, Masjid Menara Kudus, dan Masjid Raya Cilodong Purwakarta.
Rumah Adat Panggang Pe
Warung dan kios di kawasan Jawa Tengah banyak yang memakai konsep arsitektur ini. Dengan memiliki hingga enam tiang penyangga, rumah ini terlihat cukup elegan.
Yang membedakan dengan rumah tradisional lainnya di Jawa Tengah yaitu tiang pada bagian depannya yang dibuat lebih pendek dari bagian belakang, sehingga apabila dilihat dari samping sangat menarik dan indah.
Kawasan yang masih banyak mengadopsi gaya arsitektur bangunan ini adalah beberapa daerah yang menuju Yogyakarta. Ada yang namanya Barengan, Trajumas, dan Ghedang Salirang. Biasanya bangunan ini dibuat tanpa dengan mempertahankan warna kayu alami beratapkan genteng.
Masing-masing bangunan punya filosofi tersendiri, yang mengungkap latar belakang pemiliknya, mulai dari orang kaya hingga masyarakat biasa. Tapi, Anda bisa menggunakan model bangunannya untuk rumah idaman, karena akan membuat kesan elegan dengan cita rasa tradisional yang kental.
Rasanya akan lebih puas jika Anda melihat langsung betapa indahnya semua rumah adat yang berada di Jawa Tengah tersebut.
terima kasih artikelnya, menambah informasi dan inspirasi, sangat bermanfaat sekali.
Sama-sama… Semoga bermanfaat ya