Di era modern saat ini, cukup sulit menemukan rumah adat Sunda yang masih sangat kental dengan bambu sebagai material utama pondasinya. Masyarakat Sunda tidak hanya terkenal akan rumahnya yang unik serta logat bahasa daerahnya, namun juga pada pakaian adat yang digunakannya.
Secara umum, pakaian adat Sunda terbagi atas 5 kasta, yaitu untuk rakyat jelata, kaum bangsawan, kaum menengah, pernikahan hingga untuk acara resmi. Perbedaan tersebut tentunya tidak lepas dari sejarah masa lalu yang melekat pada masyarakat setempat.
Mengenal Rumah Adat Sunda
Setelah sebelumnya kita telah membahas mengenai rumah adat Sulawesi Barat, rumah adat Sumatera Selatan, dan rumah adat Jawa Tengah, kali ini kita akan membahas lebih dalam mengenai rumah adat dari suku Sunda.
Rumah unik ini memiliki arsitektur yang cukup detail. Bahan pondasinya cenderung berasal dari alam, sehingga memiliki ikatan yang kuat dengan alam serta lingkungan dan kesederhanaan. Bagi masyarakat Sunda yang tinggal di pelosok desa, masih banyak masyarakatnya yang melestarikan kebudayaan Sunda dari leluhurnya.
Kehidupan mereka cenderung lebih akrab dengan alam dan segala sesuatu yang tradisional.
Namun seiring berjalannya waktu, bangunan rumah Sunda beralih ke batu, bambu, daun untuk bagian atap, kayu dan lain sebagainya.
Hampir di setiap bagian samping rumah terdapat bangunan khusus berupa lumbung padi atau dalam bahasa Sunda disebut sebagai leuit. Bangunan tersebut sangat penting bagi masyarakat setempat, terlebih pada saat musim panen padi.
Salah satu ciri khas rumah tradisional suku Sunda adalah bentuk dasar atapnya yang menyerupai pelana dan biasanya terbuat dari dedaunan.
Begitu juga dengan konsep rumah panggung yang diadopsi dan berada di atas ketinggian 1/2 – 1 meter di atas permukaan tanah. Beberapa di antaranya bahkan tingginya berada di atas 1,5 meter.
Kolong pada rumah panggung tidak hanya memiliki fungsi untuk penanggulangan banjir ataupun gempa bumi saja, namun bisa juga digunakan untuk memelihara hewan ternak, tempat penyimpanan peralatan pertanian, stok kayu bakar dan lain sebagainya.
Umumnya rumah tradisional ini dilengkapi dengan tangga yang jumlahnya tidak lebih dari tiga. Manfaat tangga tersebut adalah untuk membersihkan kaki sebelum masuk ke dalam rumah.
Ciri Khas Rumah Adat Sunda
Rumah adat di setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing yang mampu menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Begitu juga dengan rumah tradisional orang Sunda. Yuk kita bahas satu per satu.
- Posisi Bangunan
Orang Sunda memiliki filosofi yang cukup unik, yaitu bahwa arah matahari terbit dan terbenam merupakan arah yang bagus dan merupakan salah satu kuasa dari Tuhan, hal ini mengingat arah kiblat sesuai dengan arah matahari terbenam.
Oleh karena itu setiap rumah tidak boleh menghadap ke arah selain Barat dan Timur. Pembangunan rumah baru harus menyesuaikan dengan posisi rumah yang telah ada di wilayah tersebut agar terlihat rapi.
- Pondasi
Pada umumnya bentuk rumah orang Sunda tidak terlalu beda dengan rumah tradisional lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada bentuk pondasi yang terlihat lebih menarik dan unik. Salah satu ciri khas rumah Sunda sendiri yaitu di bawah sudut rumah terdapat pondasi yang memiliki fungsi untuk meminimalisir terjadinya kerusakan parah apabila terjadi gempa bumi.
- Dinding
Bagian dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang memiliki lubang-lubang kecil layaknya rumah tradisional pada umumnya. Lubang-lubang tersebut bertujuan untuk menjadi jalan udara masuk maupun keluar dan agar rumah tidak terlalu panas. Tak hanya bagian dindingnya saja, pada bagian daun jendela dan daun pintu pun juga menggunakan bambu.
- Lantai
Lantai rumah tradisional Sunda sangat khas dengan bambu yang sudah dibelah atau yang sering disebut sebagai pelupuh oleh masyarakat sekitar. Penggunaan bambu tersebut bertujuan agar sirkulasi udara dapat masuk dan keluar melalui kolong bawah rumah.
Desain lantai bambu yang digunakan juga berfungsi untuk membantu menjaga kelembapan di dalam rumah.
- Plafon
Bagian plafon rumah unik ini juga dibuat dari susunan bambu. Kerangkanya diambil dari bambu yang masih utuh dan desainnya dibuat lebih besar dibandingkan dengan yang lain. Tujuannya yaitu berfungsi sebagai tempat penyimpanan beberapa barang siempunya rumah.
Jenis Rumah Adat Sunda
Rumah Sunda sendiri memiliki banyak sekali jenisnya, dan memiliki arsitektur yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan fungsi dan tradisi di daerah setempat. Beberapa di antaranya perahu kemureb, badak heuay, tagog anjing, jolopong, capit gunting, julang ngapak, jubleg nangkub, buka pongpok, dll. Namun terdapat 5 jenis rumah adat dari suku Sunda yang perlu Anda ketahui.
Rumah Adat Perahu Kemureb
Jika melihat dari segi arsitektur bangunannya, jenis rumah adat ini bisa dibilang lebih rumit dibandingkan rumah adat jolopong. Bagian atapnya sendiri terdiri atas 4 bagian utama, yang terbagi atas 2 bagian depan dan 2 bagian belakang.
Bentuknya menyerupai trapesium dengan 2 bagian pada sisi kanan dan kirinya berbentuk segitiga sama sisi.
Pada bagian atapnya terdapat 2 batang kayu yang berfungsi untuk menghubungkan antar sisi bangunan, sehingga bentuk atapnya mirip seperti segitiga.
Penamaan rumah adat ini diambil dari kata parahu kumereb yang berarti perahu yang terbalik. Tidak heran jika rumah yang satu ini dilihat dari kejauhan, akan nampak bentuk atapnya yang menyerupai perahu terbalik.
Salah satu kekurangan dari rumah perahu kemureb yaitu seringkali mengalami kebocoran pada sambungan atap rumahnya saat musim hujan tiba. Maka dari itu, ketika membangunnya perlu ketelitian, kerapihan dan kehati-hatian agar tidak mudah mengalami kebocoran pada saat musim hujan.
Jenis rumah adat ini dapat ditemukan di daerah Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Rumah Badak Heuay
Nama badak heuay ternyata memiliki makna yang unik, yaitu badak yang sedang menguap. Penamaan tersebut memiliki latar belakang dari bentuk atap rumah yang menyerupai seperti badak tengah menguap. Bagian atapnya terbagi atas 2 atap besar dan kecil.
Atap besar dibangun pada rumah bagian belakang, sedangkan untuk atap kecilnya berada pada rumah bagian depan.
Apabila dilihat dari kejauhan, bentuk atapnya akan terlihat seperti bertingkat. Menariknya, rumah bagian depan digunakan untuk menerima tamu laki-laki saja. Jika penasaran bagaimana bentuknya, Anda bisa melihat bentuk bangunannya pada gambar di atas.
Rumah Tagog Anjing
Seperti halnya rumah adat badak heuay, rumah jenis ini juga memiliki keunikan bangunan tersendiri. Tagong anjing memiliki makna yang berarti anjing duduk.
Desain atapnya berbentuk segitiga dengan atap lain yang posisinya menghadap ke arah depan. Tidak mengherankan jika dilihat dari kejauhan, bentuk atap rumah ini seperti anjing yang sedang duduk.
Jika melihat secara sekilas, bentuknya memang seperti badak heuay. Namun perbedaannya terletak pada atap besar dan kecil yang berada dalam satu titik tengah yang sama serta tidak memotong ataupun terbuka. Dengan demikian, rumah adat jenis ini lebih tahan terhadap air hujan dan jarang mengalami kebocoran.
Rumah Jolopong
Jika dibandingkan dengan desain rumah Sunda lainnya, jenis rumah ini memiliki bentuk yang paling sederhana. Atapnya berbentuk menyerupai pelana yang memanjang dan dalam proses pembangunannya sendiri tidak membutuhkan bahan beragam dan berlebihan. Kondisi ini dikarenakan tidak adanya lekukan rumit pada jenis rumah adat ini.
Jolopong punya beberapa ruangan yang memiliki kegunaan berbeda-beda. Contohnya pada ruang tepas yang difungsikan sebagai tempat untuk menerima tamu. Ada juga ruang padaringan yang digunakan untuk menyimpan beras.
Rumah Capit Gunting
Dahulu, capit gunting merupakan salah satu bentuk atau susuhunan dari atap rumah Sunda. Susuhunan sendiri disebut sebagai undagi yang memiliki arti yaitu sebagai tata arsitektur rumah adat dari Jawa Barat. Seiring berjalannya waktu, penamaan tersebut kemudian digunakan untuk menamai salah satu jenis rumah suku Sunda.
Disebut demikian, karena bentuk atap rumah ini menyerupai bentuk capit gunting. Pada bagian ujung atapnya saling bersilangan dan menggunakan bahan kayu atau bambu. Bentuk rumah ini terkesan cukup sederhana, namun tetap terdapat nilai estetikanya.
Sayangnya saat ini model rumah adat ini jarang ditemukan, karena mengingat banyak masyarakat sekitar yang sudah jarang membangunnya.
Rumah Julang Ngapak
Penamaan rumah orang Sunda tidak terlepas dari nama-nama binatang, begitu juga dengan penamaan julang ngapak. Penamaan tersebut memiliki makna seekor burung yang terbang. Hal ini dapat terlihat dari posisi atap rumah adat yang cenderung lebih lebar pada bagian sisi kanan dan kiri layaknya burung sedang mengepakkan sayapnya.
Pada bagian atap rumah, terdapat cagak gunting yang saling terhubung dengan tujuan agar pondasi atap lebih kuat dan tidak mudah mengalami kebocoran. Rumah adat Sunda jenis ini masih dapat ditemukan di daerah Kampung Naga Tasikmalaya dan Kampung Dukuh Kuningan.
terima kasih artikelnya, menambah informasi dan inspirasi, sangat bermanfaat sekali.
Siap sama-sama, semoga bermanfaat ya 🙂